Tidak Ada Libur Akhir Tahun Ini, Tidak Ada yang Baru dari Kemarin
Awalannya telah direncakana akan liburan tahun akhir sekitar 11 hari --terhitung alternatif Idul Fitri, lalu Natal, dan Tahun Baru 2020.
urutan ayam aduan terkuat di asia Pada akhirnya semuanya ditiadakan. Hingga pada tanggal 28-30 Desember tidak bakal ada liburan seperti dahulu pernah direncakan alias warga disuruh untuk selalu bekerja.
Keinginannya, sudah pasti, supaya kita masih dapat jaga diri dan tidak abai pada prosedur kesehatan. Bahkan juga pada Kamis (3/12) Indonesia kembali lagi menulis rekor tambahan harian masalah positif Covid-19: ada tambahan 8.369 masalah Covid-19 dalam 24 jam paling akhir.
Kecuali content berkaitan liburan tahun akhir, masihlah ada content paling populer dan tarik yang lain di Kompasiana, tempo hari.
1. Pemerintahan Potong Liburan Akhir Tahun, Efektifkah Pencet Penyebaran Covid-19?
Sesungguhnya penghilangan liburan tahun akhir ini telah jauh IDI referensikan ke Pemerintahan atas kenaikan masalah baru positif covid-19.
Tetapi, apa dengan memotong liburan dapat efisien untuk mendesak masalah baru? (Baca selengkapnya)
2. Ketetapan Bea Meterai Baru, Apa yang Berbeda?
Publikasi dari pemerintahan kelihatannya tidak demikian berdengung. Yang dicemaskan ialah, warga ada banyak yang tidak paham, sedang mereka kemungkinan simpan helaian meterai Rp 3.000 dan Rp 6.000 yang belum dipakai. (Baca selengkapnya)
3. Ini 3 Strategi Jadi Angkatan Sandwich yang Berbahagia
Bila kita telah ada pada kondisi atau keadaan sama seperti yang dirasakan oleh angkatan sandwich, ada 3 strategi yang dapat dicoba. Misalkan: nikmati. (Baca selengkapnya)
4. Buenos Aires, Ibu Kota Tango, Bola, dan Maradona
Argentina masih diselimuti duka: keperginya Maradona tersisa berduka dalam untuk warga Argentina dan penjuru dunia.
Kompasianer Tonny Syiariel bercerita bagaimana Buenos Aires dan masyarakat kotanya berduka. Masalahnya dari sanalah Maradona mengawali profesinya, ceritanya. (Baca selengkapnya)
5. Apa Orang "Berkacamata Tebal" Seperti Saya Terhitung Penyandang Disabilitas?
Ada pertanyaan yang mencoba disodorkan oleh Kompasianer Sigit Eka Individu: apa orang "berkacamata tebal" atau selaku orang yang terhitung "pasien miopia berat" terhitung sisi dari golongan difabel atau mungkin tidak?
Dampaknya, sepanjang berkacamata tebal itu, Kompasianer Sigit Eka Individu sering mendapatkan penghinaan oleh beberapa orang sekelilingnya, walau secara lembut. (Baca selengkapnya)